PEMANFAATAN BIJI KARET
SEBAGAI BAHAN MAKANAN
Disusun oleh:
Nama
: - Yovita Dita Chyntia
-Benediktus Didik Prasetiyo
-Yohanes Irawan Adi Wardana
-Maria Gorety Agustina
-Mt.Aditya Fristawanda Dwiputra
Kelas : XI.IPS 1
Jurusan : Ilmu
Pengetahuan Sosial
SEKOLAH MENENGAH ATAS
XAVERIUS PRINGSEWU
PRINGSEWU
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah ini, makalah ini disusun untuk persentasi Bahasa Indonesia di SMA
Xaverius Pringsewu. Makalah ini berjudul “PEMANFAATAN BIJI KARET SEBAGAI BAHAN
MAKANAN”.
1.
Bapak Drs. M. Suharto selaku kepala SMA Xaverius Pringsewu.
2.
Ibu Y. Kriswindarti, S.Pd selaku guru pembimbing
dalam penulisan makalah ini.
3.
Orang tua yang selalu memberi semangat dan doa
kepada penulis.
4.
Semua pihak yang telah mendukung penulis.
Semoga makalah ini dapat
menjadi wawasan baru dan menambah pengetahuan pembaca. Penulis menyadari
sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................... ......................... i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A.
LATAR
BELAKANG.................................................................................................... 1
B.
TUJUAN PENULISAN................................................................................................ 1
C.
MANFAAT PENELITIAN............................................................................................ 1
D.
RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 1
BAB II LANDASAN
TEORI...................................................................................................... 2
A.
PENGERTIAN TANAMAN KARET............................................................................. 2
B.
DESKRIPSI TANAMAN
KARET.................................................................................. 3
C.
KANDUNGAN ZAT DALAM BIJI
KARET.................................................................... 3
BAB III
PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
A.
TEKNIK PENGOLAHAN BIJI KARET MENJADI
TEMPE.............................................. 4
B.
PERBANDINGAN KANDUNGAN NILAI
PROTEIN..................................................... 5
C.
KELEBIHAN TEMPE BIJI
KARET............................................................................... 5
BAB IV
PENUTUP................................................................................................................ 6
A.
KESIMPULAN......................................................................................................... 6
B.
SARAN................................................................................................................... 6
C.
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di zaman yang modern ini
manusia semakin sibuk dalam kegiatan sehari-hari sehingga manusiq.
lebih senang untuk memilih
yang serba instan. Makanan-makanan instan padahal memiliki sifat monoton dan
tidak begitu baik bagi tubuh manusia jika di konsumsi dalam jangka panjang.
Manusia ( Indonesia khususnya
) sudah jarang makan- makanan tradisional. Kecuali orang-orang pedesaan.
Sehingga makanan-makanan tradisional pin turut disulap menjadi makanan
perkotaan yang memiliki harga jual tinggi. Contonnya tempe.
Di daerah perkotaan tempe
sekarang mulai di gemari lagi karena cara pengolahannya yang bervariasi. Sehingga
permintaan akan tempe melonjak, namun ada kendala untuk memenuhi permintaan
pasar tersebut, yaitu bahan baku yang semakin hari semakin berkurang. Tempe
yang memiliki bahan dasar kedelai pun semakin hari semakin susah didapat bahan
bakunnya.
Sehingga dalam makalah ini penulis
ingin mencoba mencari jalan keluar untuk mengatasai kesulitan atau kendala yang
di hadapi oleh para produsen tempe yaitu dengan cara menggantikan kedelai
sebagai bahan baku tempe dengan menggunakan biji karet.
1.2
Tujuan Penulisan
1.
Untuk menambah wawasan pembaca bahwa di sekitar
kita banyak bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan khususnya biji
karet.
2.
Untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai cara
pengolahan biji karet hingga dapat digunakan sebagai bahan makanan.
1.3
Manfaat Penulisan
1.
Memberi informasi kepada pembaca tentang
pemanfaatan biji karet sebagai sumber makanan.
1.4
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian biji karet?
2.
Zat apa saja yang terkandung dalam biji karet?
3.
Apa manfaat dari biji karet?
4.
Apakah ada efek samping dari biji karet?
1.5
Sumber Data
1.
Studi pustaka
Penulis memperoleh data-data dari berbagai sumber buku,yang
dapat membantu penulis dalam menyusun makalah ini.
2.
Internet
Dari internet, penulis memperoleh data-data mengenai
penggolongan biji karet serta pemanfaatanya sebagai sumber makanan.
1
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1Pengertian Tanaman Karet
Karet
adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet
pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali
oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana
sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia
merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman
karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di
Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi
karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga
Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini
adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap
tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk
otomotif dan militer.
Klasifikasi botani tanaman karet
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta
(Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
: Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida
(berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo
: Urticales
Famili
: Moraceae (suku nangka-nangkaan)
Genus
: Ficus
Spesies
: Ficus elastica Roxb. ex Hornem
Tanaman karet merupakan
tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet
merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon
karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks
selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri
karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk
bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti
ban, komponen, dan sebagainya.
2
2.1.1
Deskripsi Tanaman Karet
1.
Batang
Mempunyai batang batang
berkayu silindris, warna coklat tua,
permukaan halus, percabangan meyebar tak beraturan hingga membentuk pohon yang
rindang.
2.Daun
Mempunyai
daun tunggal, bertangkai, tersusun
berseling (alternate), bentuk lonjong(elliptica), ujung dan pangkal meruncing
(acuminatus), tepi rata, permukaan mengkilat (nitidus), pada pohon yang masih
muda panjang daun +/- 35 cm, lebar +/- 15 cm, setelah pohon menjadi dewasa
rata-rata panjang daun menjadi lebih kecil dengan panjang +/- 10-15 cm dan
lebar +/- 5-7 cm, daun muda berwarna merah hati setelah dewasa menjadi hijau
tua.
3.Akar
Pohon
Karet berakar Tunggang.
4.Buah
buah karet berdiameter 3-5 cm, terbentuk dari
penyerukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas (3-6 ruang),
ruangan berbentuk bola, jika sudah tua buah karet akan pecah dengan sendirinya
menurut ruang – ruangnya dan setiap pecahan akan rumbuh menjadi individu baru
jika jatuh ketempat yang tepat.
2.1.2
2.1.2
Kandungan zat dalam Biji
Karet
a. Asam lemak tak
jenuh
b.
Protein
c.
Air
d.
Lemak
e.
Karbohidrat
3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Teknik Pengolahan Biji Karet Menjadi Tempe
Berdasarkan data yang
diperoleh dari internet, diperoleh informasi bahwa pembuatan tempe dari biji
karet tidak berbeda jauh dengan pembuatan tempe dengan menggunakan kedelai.
Tetapi ada sedikit perlakuan yang membedakannya. Yakni, merendam biji karet
selama 2 x 24 jam, kemudian membuang bagian kulit luarnya dan bakal daun. Biji
karet yang sudah bersih dari kulit itu kemudian dikukus, dan setelah itu
didinginkan kemudian diberi ragi tempe ( Rhizopus oryzae) lalu membungkusnya
dalam kemasan. Secara rinci proses tersebut sebagai berikut :
1. Disiapkan biji karet sebanyak 3 kilogram
2. Biji karet dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran pada kulit biji.
3. Selanjutnya biji karet di buang kulitnya dengan cara memecahkannya4. Setelah terpisah dari kulitnya, daging biji di buang bakal daunnya agar tidak memabukkan saat dimakan , lalu di rendam selama 2 x 24 jam
4. Setelah direndam kemudian di rebus selama ± 2-3 jam
5. Biarkan hingga dingin , setelah dingin air rebusan di buang lalu biji direndam lagi selama 36 jam dengan air baru
6. Biji karet lalu di cuci dan di kukus ± 30 menit
7. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang tersisa didalam panci/dandang dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ketempat yang lebih lebar (tampah) dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, biji karet dibiarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis
8. Setelah dingin, taburkan ragi tempe ( Rhizopus oryzae) sebanyak ± 6 gram ( 0,2 % dari bobot biji karet) sambil diaduk – aduk sampai rata. Penambahan ragi bertujuan guna mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe
9. Selanjutnya tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang. Bila menggunakan daun, daun yang biasanya digunakan untuk pembungkus adalah daun pisang atau daun jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk (dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun).
10. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 6 - 8 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.
11. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk menghindari pembusukkan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan ditempat yang terjadi sirkulasi udara.
12. Tempe didiamkan kurang lebih selama 36 jam.
13. Setelah 36 jam, tempe siap di olah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.
1. Disiapkan biji karet sebanyak 3 kilogram
2. Biji karet dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran pada kulit biji.
3. Selanjutnya biji karet di buang kulitnya dengan cara memecahkannya4. Setelah terpisah dari kulitnya, daging biji di buang bakal daunnya agar tidak memabukkan saat dimakan , lalu di rendam selama 2 x 24 jam
4. Setelah direndam kemudian di rebus selama ± 2-3 jam
5. Biarkan hingga dingin , setelah dingin air rebusan di buang lalu biji direndam lagi selama 36 jam dengan air baru
6. Biji karet lalu di cuci dan di kukus ± 30 menit
7. Setelah dikukus selama 30 menit, air yang tersisa didalam panci/dandang dibuang, kemudian biji karet dipindahkan ketempat yang lebih lebar (tampah) dan diratakan tipis-tipis. Selanjutnya, biji karet dibiarkan dingin sampai permukaan keping karet kering dan airnya menetes habis
8. Setelah dingin, taburkan ragi tempe ( Rhizopus oryzae) sebanyak ± 6 gram ( 0,2 % dari bobot biji karet) sambil diaduk – aduk sampai rata. Penambahan ragi bertujuan guna mempercepat/merangsang pertumbuhan jamur. Tahap peragian (fermentasi) adalah tahap penentu keberhasilan dalam membuat tempe
9. Selanjutnya tempe dikemas sesuai dengan selera, dapat menggunakan plastik ataupun daun pisang. Bila menggunakan daun, daun yang biasanya digunakan untuk pembungkus adalah daun pisang atau daun jati. Ada yang berpendapat bahwa rasa tempe yang dibungkus plastik menjadi "aneh" dan tempe lebih mudah busuk (dibandingkan dengan tempe yang dibungkus daun).
10. Plastik atau daun pisang yang telah berisi biji karet dilubangi dengan menggunakan jarum yang terbuat dari kayu ukuran kecil kira-kira 6 - 8 lubang untuk setiap sisi atas dan sisi bawah.
11. Tempe disimpan di tempat yang tidak tertutup (pada suhu kamar) untuk menghindari pembusukkan pada tempe karena suhu yang terlalu panas, usahakan ditempat yang terjadi sirkulasi udara.
12. Tempe didiamkan kurang lebih selama 36 jam.
13. Setelah 36 jam, tempe siap di olah menjadi makanan yang lezat dan bergizi tinggi.
Proses pembuatan tempe dari karet tidaklah rumit, sehingga kemungkinan untuk mengembangkannya sangatlah besar, apalagi didukung dengan ketersediaan bahan baku yang banyak di alam, kandungan protein tempe dari karet lebih tinggi dari tempe dari kedelai selain itu tanaman karet dapat dibudidayakan dengan baik di Indonesia.
4
3.1.1 Perbandingan Kandungan Nilai Protein pada Tempe Biji Karet dengan
Tempe Kedelai
1.
Tempe Biji Karet : 30,15
2.
Tempe Kedelai : 22,41
Kandungan gizi pada tempe karet terutama protein
mengalami peningkatan dibandingkan dengan biji karet yang murni, selain itu
tempe dari karet memiliki kandungan protein yang lebih besar dari pada tempe
yang berasal dari kacang kedelai
3.1.2 Kelebihan Tempe Biji Karet
Adapun
Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), Secara
organoleptik
a. Tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe dari kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
a. Tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe dari kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi tempe busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
5
BAB IV
PENUTUP
4. 1. Kesimpulan
1 Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki potensi besar sebagai bahan baku alternatif pembuatan tempe selain kedelai
2. Biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) mengandung protein 27 %, setelah dibuat menjadi tempe kandungan protein pada tempe biji karet menjadi 30,15 %. sedangkan pada kedelai, pada mulanya bijinya mengandung protein sebesar 34,9 % dan setelah dibuat tempe mengandung protein sebesar 22,41 %
3. Kelebihan tempe dari biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg), dibandingkan tempe kedelai
a. Tempe dari biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) lebih lembut dari pada tempe kedelai.
b. Tempe biji karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) tidak cepat menjadi busuk dan dapat disimpan selama 2 minggu di dalam lemari es.
c. Daya tahan biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) jauh lebih kuat dan tahan lama dari biji kedelai karena biji Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) dilindungi oleh kulit yang keras dan kedap air.
d. Kelebihan tempe Karet (Hevea brasiliensis Mull.Arg) memiliki protein yang lebih besar jika dibanding dengan tempe kedelai
4.2. Saran
1. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakatmengenai pemanfaatan biji karet terutama dalam pembuatan tempe
2. Perlu dilakukan penelitan lebih lanjut mengenai biji karet ini agar nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
6
DAFTAR PUSTAKA
7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar